Rabu, 27 Mei 2015

Tragedi HillsBorough

Tragedi HillsBorough

Suatu tragedi besar terjadi di Sheffield (Inggris), tepatnya di Hillsborough Stadium, yang melibatkan kerja pihak kepolisian setempat.

Tragedi yang menyisakan luka dan duka mendalam itu kini dikenal dengan tragedi Hillsborough. 96 orang meninggalkan dunia dan 766 orang lainnya mengalami luka-luka, yang menjadikan tragedi ini sebagai insiden terburuk dalam sejarah olahraga di Inggris dan di dunia. Tapi, selain fans berat Liverpool, tak banyak yang mengetahui bagaimana sejarah dari insiden ini, pengaruhnya dalam dunia sepakbola dan berbagai kontroversi yang ada di dalamnya.

Semua bermula ketika FA menunjuk Hillsborough Stadium sebagai venue laga semi-final Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest. Laga sendiri dijadwalkan berlangsung pada pukul 15.00 pada 15 April 1989 di markas Sheffield Wedndnesday tersebut. 

Seperti biasanya, suporter dari masing-masing tim diposisikan terpisah. Fans Nottingham Forest ditempatkan di sisi utara dan timur dengan kapasitas 29.800, atau yang biasa dikenal dengan Spion Kop, sementara pendukung Liverpool ditempatkan di tribun Selatan dan Barat, Leppings Lane, dengan kapasitas 24,256 fans.

Di sini sudah telihat kejanggalan di mana Liverpool yang memiliki jumlah pendukung terbanyak mendapat jatah tempat duduk yang lebih sedikit dibanding pendukung Nottingham Forest. Pihak penyelenggara berdalih akan ada ruang khusus di Spion Kop yang dikosongkan untuk menjaga jarak dengan fans Liverpool.

Fakta di lapangan, menurut laporan media Inggris, pendukung Liverpool banyak yang ingin menyaksikan langsung laga tersebut. Alhasil, ada konsentrasi masa yang sangat besar di luar stadion. Kabarnya, setelah stadion terisi penuh, masih ada sekitar 5,000 fans yang memaksa masuk ke stadion.

Situasi ini membuat pihak kepolisian bertindak untuk mengendalikan situasi. Dua gerbang pintu keluar yang biasanya ditutup, akhirnya dibuka untuk fans bisa masuk ke stadion. Keputusan itulah yang diduga menjadi penyebab utama terjadinya tragedi Hillsborough, di mana ribuan fans menyerbu masuk ke stadion, yang memaksa mereka yang sudah terlebih dahulu masuk berada di tribun harus tertekan ke depan hingga akhirnya menjebol pagar pembatas dengan lapangan. Selain itu, pihak kepolisian juga dinilai bertanggung jawab karena tidak memecah konsentrasi massa pendukung yang berada di luar stadion, sehingga mereka bisa leluasa merangsek masuk.


Alhasil, di tribun terdepan, para pendukung Liverpool tergencet, terinjak, tertindih oleh pendukung lainnya. Pihak kepolisian pada saat itu juga tidak melakukan aksi yang banyak membantu, dan malah melarang fans masuk ke lapangan, meski situasi di tribun sudah sangat mengkhawatirkan. Dan akhirnya, karena tingginya intensitas suporter di tribun membuat pagar pembatas tak bisa menahan dorongan dari belakang dan tumbang. Fans akhirnya meluber hingga ke pinggir lapangan, dengan beberapa di antaranya dalam posisi yang mengenaskan dan terluka.


Pihak kepolisian juga lebih cenderung untuk mengamankan lapangan dan berusaha menjauhkan fans Liverpool dari pendukung Nottingham Forest. Padahal dalam insiden itu, banyak fans yang lebih membutuhkan pertolongan karena mengalami cedera dan luka-luka sebab dorongan dari belakang.



Pihak kepolisian juga tak banyak membantu dengan membatasi jumlah ambulans yang masuk untuk memberikan pertolongan. Setidaknya sudah ada 44 ambulans siap masuk untuk membawa mereka yang mengalami luka-luka dan cedera ke rumah sakit, tapi pihak kepolisian hanya membolehkan satu ambulans saja yang masuk ke stadion. Dan tercatat hanya 14 orang dari 96 korban meninggal yang bisa sampai ke rumah sakit.



Total, ada 94 orang, berusia antara sepuluh dan 67 tahun, meninggal di stadion, di ambulans atau sesaat setelah tiba di rumah sakit. Juga ada 766 orang mengalami luka-luka, di mana 300 di antaranya sempat dilarikan ke rumah sakit. Pada 19 April, jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 95 setelah Lee Nicol, remaja berusia 14 tahun, yang hidupnya dibantu oleh sejumlah alat-alat penunjang kehidupan, gagal bertahan hidup. Jumlah tersebut bertambah pada 1993 setelah Tony Bland, pemuda berusia 22 tahun yang selama empat tahun terakhir koma, juga meninggal dunia.

Dari mereka yang meninggal, 79 di antaranya berusia 30 tahun atau lebih muda lagi. Dua saudara perempuan, tiga pasang saudara kandung dan ayah dan anak juga menjadi korban dalam insiden itu. Saudara sepupu dari Steven gerrard, Jon-Paul Gilhooley, juga menjadi korban di tragedi tersebut dan menjadi korban termuda. Karena tragedi tersebut, Gerrard sempat mengatakan insiden itu menginspirasinya untuk memimpin Liverpool dan menjadi pesepakbola top profesional

Tragedi ini begitu membekas di benak fans Liverpool dan keluarga besar sepakbola dunia. Alhasil, tak sedikit yang membuat prasasti tersendiri untuk memberikan penghormatan khusus kepada 96 korban meninggal. Ada lambang 'api' yang ditambahkan di logo klub Liverpool FC, untuk mengenang 96 korban meninggal dunia di tragedi tersebut. Sebuah prasasti juga didirikan di Hillsborough Stadium, saat peringatan kesepuluh tragedi tersebut pada 15 April 1999.



Tragedi ini juga diwarnai sejumlah kontroversi. Yang paling fenomenal adalah laporan dari Kelvin MacKenzie, editor dari surat kabar The Sun.  Empat hari setelah kejadian, MacKenzie mempublikasi artikel dengan judul 'The Truth' di halaman utama mereka, disusul tiga sub-headline "Sejumlah fans mencuri barang-barang korban", "Sejumlah fans mengencingi polisi pemberani" dan Sejumlah fans memukuli polisi yang sudah membantu".

Karena tulisan MacKenzie tersebut, harian The Sun menjadi media yang tak laku di Liverpool karena ulah fans Liverpool memboikot kebohongan tersebut. Dan The Sun akhirnya meminta maaf dalam sebuah artikel opini pada 7 Juli 2004, bahwa mereka telah membuat kesalahan terbesar dalam sejarah dengan mempublikasikan artikel tersebut. MacKenzie sendiri, yang menjadi editor The Sun kala itu, juga meminta maaf, namun baru dilakukannya pada 12 September 2012.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar