Jumat, 08 Mei 2015

Casual Culture



Hello Fellas, 
pada artikel ini saya akan menjelaskan apa itu arti dan makna dari kata Casual Culture.
Casual Culture
Jika kita mendalami kata "Supporter bola" tersebut, ternyata memiliki bahasan yang cukup kompleks dan luas, mulai dari sejarah, pengelompokan, kultur, rivalitas, chants, warna, dan lain-lain. 

Berdasarkan pengelompokkannya, jenis supporter bisa terbagi-bagi berdasarkan kultur dan cara mendukung tim mereka.  Menarik untuk mengenal lebih jauh mengenai ciri khas dari masing-masing macam supporter, mulai dari cara berpakaian, tindakan, serta kreativitas dalam mendukung tim saat berada di area stadion.

Kita mulai dari  subkultur Casual.
Merupakan subbagian dari budaya asosiasi sepak bola yang ditandai oleh hooliganisme sepak bola dan mengenakan pakaian desainer mahal Eropa. Subkultur berasal di Inggris pada akhir 1970-an ketika banyak hooligan mulai memakai label desainer dan olahraga mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai warna klub, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.




Sejarah Casual.
Subkultur kasual dimulai pada akhir 1970-an setelah penggemar Liverpool FC dan Everton FC  memperkenalkan seluruh Inggris pada mode Eropa yang mereka perolehsaat mengikuti tim mereka di pertandingan EropaFans ini tiba kembali di Inggris dengan desainer olahraga mahal dari Italia dan Perancis, yang sebagian besarmereka jarah dari toko. Para penggemar membawa kembali banyak merek pakaianunik yang tidak pernah terlihat di negara ini sebelumnyaKemudian penggemarlainnya kaget terhadap barang-barang pakaian langka, seperti pakaian Lacoste atauSergio Tacchini, bahkan Adidas. Pada saat itu, pasukan polisi masih banyakmengawasi supporter skinhead yang mengenakan sepatu Dr Martens, dan tidak memperhatikan fans dengan desainer pakaian mahal.

Pada 1980-an, label pakaian  yang terkait dengan casual terdiri dari: Ellesse,Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Umbro, CP Company, Fiorucci, Pepe,Benetton, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Ben Sherman, Fred Perry, Kappa dan SlazengerTren fashion sering berubah, dan subkultur kasual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an.  












Pada pertengahan  1990-an, subculture casual mengalami kebangkitan, tetapi penekanan gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan casual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari pendukung klub biasa. Merk pakaian terkenalnya adalah Stone Island,Aquascutum, Burberry, Lacoste, Prada, Façonnable, Hugo Boss, Maharishi,Mandarina Duck dan Dupe. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merk yang dianggap seragam, karena perhatian polisi bahwa merk ini menarik. Beberapa desainer juga menarik desain tertentu setelah desain mereka termasuk kedalam casual. 


Busana casual mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, seperti yang dilakukan musik Inggris seperti The Streets dan The Brothers Mitchell dengan menggunakan pakaian olahraga casual pada video musik mereka. Budaya casualtelah disorot oleh film dan program televisi seperti ID, The FirmThe Football Factorydan Green Street







Meskipun beberapa casual terus mengenakan pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak yang terlepas lencana kompas sehingga menjadi kurang jelas. Namun, dengan dua jahitan masih menempel, orang yang tahu masih bisa mengenali item pakaianLabel pakaian lain yang terkait dengan casual di tahun 2000 terdiri dari: Adidas, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, LambrettaLacoste, nudie Jeans, Edwin dan SupergaBanyak casual telah mengadopsi tampilan yang lebih halus dan underground, menghindari merek pakaian yang lebih utama untuk label pakaian independen.

Berikut beberapa contoh Ultras Eropa yang menggunakan budaya Casual, pakaian yang digunakan berdasarkan perubahan jaman di era modern.













Feyenord Rotterdam








Barusan merupakan contoh Firm yang melakukan budaya casual di Eropa sana. Namun, supporter di Indonesia pun mulai marak mengadopsi budaya yang lahir di Inggris tersebut. Sejauh ini yang saya tahu ada beberapa di klub Indonesia, diantaranya Jakarta Casual (JC) untuk Persija, Flower City Casuals (FCC) untuk Persib, MVMNT untuk Arema.
Berikut beberapa pict. untuk FCC.








FCC

Budaya jalan kaki menuju stadion juga diperlihatkan firm ini yang mengikuti kultur eropa khususnya di inggris ini, begitu juga dengan penggunaan jaket di Bandung memang cocok dari segi iklimnya  karena cukup sejuk. Menarik!

Tidak ada aturan khusus dalam mengikuti firm casual ini, apakah harus merk adidas, nike, lacoste, stone island and whatever they are called yang pasti casual disini adalah kita berpakaian rapih saat menyaksikan pertandingan, karena menurut mereka stadion adalah "tempat ibadah" yang harus dihormati, gunakan sepatu, jangan sandal apalagi tidak menggunakan alas apapun seperti grassroot yang anarkis dan selalu nyanyikan lagu-lagu rasis yang sekeras apapun suaramu, tidak akan menambah semangat pemain. Just support your local team with loud shouts, hands in the air, and of course...flare!



Sebagian besar orang tentu sudah tahu hooligan, kelompok suporter asal Inggris yang terkenal karena aksi brutal dan anarkisnya. Namun belum banyak orang yang tahu The Casual Hooligan atau  hooligan kasual, siapa mereka serta bagaimana mereka bisa eksis di jagad sepak bola Inggris?
Sebenarnya hooligan kasual adalah sub bagian dari budaya paguyuban sepak bola yang ditandai dengan hooligan
sepak bola yang mengenakan pakaian serta aksesoris mahal, bermerek, maupun hasil karya desainer papan atas Eropa. Subkultur ini bangkit di Inggris di akhir 1970-an saat banyak hooligan mulai memakai pakaian label desainer dan aksesoris olahraga mahal guna menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai aksesoris khas klub favorit mereka, sehingga lebih mudah menyusup ke kelompok saingan serta untuk masuk ke pub.
Subkultur kasual tidak berpusat di sekitar musik, meski begitu hal tersebut diterima secara universal bahwa subkultur kasual muncul di akhir 1970-an, tatkala musik disko sedang sekarat dan punk rock tengah menggila. Beberapa genre yang populer di kalangan kaum kasual di akhir 1970-an adalah Oi!, sebuah genre kebangkitan musik ska yang telah dimodifikasi.
Saat era 1980-an, selera musik kaum kasual berasal dari berbagai sumber, sebagian menikmati grup musik pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet, serta Adam and The Ant.
Akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak dari kaum kasual adalah penggemar grup musik Madchester dan rave scene (jenis musik elektronik yang dimainkan dengan synthesizer), dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop. Ada pertautan kuat antara budaya rave dengan sepak bola, banyak raver memakai apparel kasual sepak bola tapi jauh dari hooliganisme sepak bola.


Band Madchester kadang memakai pakaian kasual di panggung dan dalam foto publisitas mereka, seperti yang dilakukan Britpop, Blur, dalam videoklip mereka, Parklife.
Sepak bola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion sejak munculnya  Teddy Boys pada pertengahan 1950-an, dan asal-usul budaya kasual dapat dilihat dalam subkultur modifikasi di awal 1960-an.
Kelompok-kelompk anak muda yang mendukung klub-klub sepak bola mulai membawa busana mereka ke teras sepak bola, dan beberapa klub tertentu mulai dikenal suporter modifikasi mereka (seperti Chelsea dan West Ham United). Hal ini dilanjutkan dengan subkultur modifikasi spin-off, skinhead, di akhir tahun 1960-an.

Modifikasi Fan Liverpool
Dengan kebangkitan modifikasi di era1970-
an, subkultur kasual mulai tumbuh dan berubah setelah suporter Liverpool memperkenalkan gaya dari sebagian suporter Inggris pada mode Eropa saat mengikuti Liverpool di babak perempat final Liga Champion melawan klub asal Prancis, St.  Etienne. Para fan Liverpool, yang berpergian ke seluruh Eropa pada akhir 1970-an guna mendukung tim mereka, mulai berdatangan ke Inggris dengan mengenakan pakaian perancang Italia dan Perancis yang mahal, yang mana mereka jarah dari toko selama keributan atau kekerasan yang lumrah terjadi ketika mereka bepergian ke luar negeri. Kala itu, banyak petugas kepolisian yang mengincar para fan yang berdandan ala skinhead dan memakai sepatu Dr. Martens, mereka tidak memperhatikan hooligan yang mengenakan pakaian desainer mahal.
Pakaian berlabel yang terkait dengan gaya kaum kasual di era 1980-an meliputi: Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas, CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle , Burberry dan Slazenger. Tren mode sering berubah, dan subkultur kasual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. Dengan kedatangan acid houserave scene, dan Madchester, kekerasan dalam subkultur kasual memudar sampai batas tertentu.
Pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit bergeser. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka berbeda dengan pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry, dan CP Company terlihat di hampir setiap klub, begitu pula halnya favorit klasik seperti Lacoste, Paul & Shark, dan Pharabouth. Di akhir 1990-an, banyak suporter sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap seragam kasual, karena telah menarik perhatian polisi; label beberapa desain perancang juga ditarik dari pasaran setelah menjadi seragam hooligan kasual.

Walau begitu beberapa kelompok hooligan kasual terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak yang logo kompas (badge khas pakaian label Stone Island) sehingga menjadi kurang jelas. Namun, dengan dua kancing masih menempel, hal ini membuat mereka masih mudah dikenali oleh kelompok hooligan kasual lainnya.
Akhir tahun 1990-an dikatakan bahwa pihak  kepolisian telah gagal untuk menghubungkan logo kompas Stone Island kompas dengan salib Celtic versi neo-Nazi. Oleh karena hal ini, label pakaian baru mulai memperoleh popularitas diantara para hooligan kasual. Seperti halnya pakaian para desainer yang mahal, barang palsu yang murah juga dapat terlihat. Prada, Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6876, dan Dupe mulai mendapat popularitas yang luas.
Mode kasual mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan aksi grup musik Inggris seperti The Streets dan The Mitchell Brothers yang memakai pakaian olahraga kasual dalam video musik mereka. Budaya kasual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Football Factory, serta Green Street.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar